Kiat Tangkis, Kejahatan di Paris

Posted on Updated on

Setiap kota besar memiliki bentuk kejahatannya. Amsterdam, Milan, Madrid, London, Paris dan lainnya, sebagai destinasi wisata bukan saja menyedot arus pelancong tapi juga pencoleng, penipu atau pencopet. Eka Tanjung dari Serbalanda mencoba memaparkan bentuk kejahatan di Paris yang menyasar dompet wisman. Semoga bermanfaat.

Ketika sudah meniatkan untuk liburan, maka kita mempersiapkan dana dan good mood. Dengan rasa ingin santai, jalan-jalan dengan transportasi publik membaur dengan warga lokal. Namun terkadang kita terlalu santai dan sering lengah karena terbuai tempat indah dan baru dan kebelet untuk jepret selfie agar segera dipublished di social media.

Mohon perhatikan dua hal ketika jalan di Paris:

  1. Sapaan dari orang tak dikenal, selalu punya tujuan tertentu.  Dan lebih dari separoh kasus, sapaan itu menyasar uang atau barang. Dengan segala hormat, tentu saja tidak semua sapaan adalah jahat. Ada juga sapaan yang memang benar-benara tulus.
  2. Wisatawan hampir selalu bakal jadi sasaran empuk bagi pencuri, pencopet atau penipu. Mereka tahu siapa yang bawa duit kontan dan jumlah yang besar.
  3. Orang bisa lihat, siapa yang bawa barang berharga dan nenteng tas branded. Dan wisatawan biasanya tidak kenal, modus penipuan yang ada.

Bola-Bola
Menurut berbagai sumber, di Paris terdapat ratusan hingga ribuan penipu. Mereka berniat untuk mendapatkan uang dari wisatawan yang datang ke kota romantis itu. Cara paling kerap dipakai adalah Judi Bola Bola, dengan berbagai bentuknya.  Menggiurkan karena gerombolan itu mengesankan betapa gampangnya dapat uang. Jangan sampai terjebak. Kawan tidak akan pernah menang. Jauhi itu!

Peramal
Serbalanda juga menemukan sumber lain kejahatan di Paris dengan modus Dukun Paranormal Gratis. Di jalanan mereka, biasanya wanita menawarkan jasa prediksi nasib dan karir masa depan.  Setelah 5 sampai 10 menit meramal, mereka mulai minta imbalan yang tidak sedikit. Kalau tidak dibayar mereka akan memaksa. Menurut Serbalanda, hal ini mudah dihindari cukup mengaku Anda tidak mengerti bahasanya. Jadi percuma meramal kalau tidak bisa difahami. Tinggalkan!

Cincin Emas
Tipu muslihat yang sudah cukup lama dipraktikan di Paris adalah Cicin Emas. Ketika kita sedang jalan, seorang akan membungkuk dan mengambil sesuatu di samping kita. Orang ini akan memaksa bahwa cincin yang di tangannya itu punya kita. Dia akan mengatakan itu cicin emas dan ingin mengembalikan pada Anda.
Ketika korban menerima cicin itu, maka kelanjutannya ada dua:

  • ‘Sang penemu’  akan meminta imbalan uang atas jasa pengembalian.
  • Ketika kita menolak memberikan uang, dia akan berusaha keras memaksa bahwa cicin itu punya atau menjadi punya Anda. Ketika Anda memutuskan untuk menerima cicin, dan memberi imbalan. Maka berapapun yang Anda berikan, tidak akan pernah cukup di mata penemu. Dia akan minta lebih. Dia berharap dapat uang besar dari wisatawan yang kejebak dan menduga bahwa cicin itu benar-benar emas dan punya nilai tinggi kalau di jual ke tukang emas di Indonesia. Eka Tanjung dari Serbalanda percaya hampir 100% itu penipuan dan cicinnya imitasi!

Gelang Persahabatan
Trik Gelang biasa dilakukan oleh pria etnik Afrika berkulit hitam. Modus operandinya dengan menjulurkan tangan seakan ingin bersalaman. Dia akan menghampiri Anda, menyapa dan menjulurkan tangannya untuk bersalaman. Tanpa prasangka buruk, Anda akan menyambut uluran tangan, dan dia akan memegang tangan Anda dan memasangkan Gelang Persahabatan di pergelangan tangan.
Jika tidak di tangan, kadang jiga dipasang di jari, sebagai cincin dari tali. Sementara itu dia terus mengajak bicara dan mengajukan berbagai pertanyaan. Ia mencoba menjalin ikatan dengan Anda sambil menganyam tali. Setelah gelang terpasang maka mereka menagih imbalan. Kadang mereka tidak mau terima hanya dengan €5. Bisa kena sampai 10, 20 atau 30 euro. Kalau kita memberontak dan menolak bayar, teman-teman Afrika nya akan ikut ngerubung untuk mengintimidasi, supaya kita takut.  Jangan sambut tangan orang tak dikenal di tempat umum!

Penipu di Mesik Tiket
Penipu beroperasi di stasion dan stasion metro terutama di Gare du Nord, tempat wisatawan masuk Paris dengan Thalys dan Eurostar. Mereka membidik turis yang melanjutkan perjalanan dengan angkutan umum dan membeli tiket.

Pengalaman Geraldine:

Saya dan suami juga mengalami penipuan di mesin tiket, lupa di stasiun mana. Jadi kami sedang mau bayar tiket, suami memegang banyak koin2 di tangan. Karena tidak hafal koin2 maka kami lama memilih2 untuk dmasukkan ke mesin. Datang lah seorang hendak membantu. Kami sudah menolak, tapi si penipu dengan cekatannya langsung ambil sebagian besar koin2 dari suami dan langsung main masukin aja ke mesin, dan ditinggal pergi begitu aj. Jadi kami bingung, ternyata dia masukin hanya sebagian koin saja dan sisanya dibawa pergi. Kejadian begitu cepat. Kami juga tidak mungkin ngejar dia. Jadi waspada bahwa orang akan langsung ambil uang kita dengan cepatnya.”

Tandatangan Petisi
Di Paris banyak kita temui, ‘aktivis’ pengumpul tanda tangan untuk mendukung petisi. Pertanyaan yang pertama mereka lontarkan adalah “Do you speak English?”. Kemudian mereka minta Anda menandatangani formulir. Konon judul Petisinya Membantu Kaum Cacad atau Tuli. Dalam daftar harus diisi nama, alamat, tanda tangan. Disana sudah ada pendahulu yang mengisi dengan jumlah sumbangan yang besar. Sehingga Anda akan merasa sungkan untuk tidak memberi atau hanya memberi sedikit.

Soal tandatangan petisi ini, kenalan kami Raffy Ukon membuat video di Paris.

Padahal nama yang sudah tertulis di situ adalah palsu. Jika Anda sudah mengisi nama, maka diminta juga memberikan sumbangan untuk panti asuhan, kaum tuli atau penyandang cacat. Mendadak saja ketika Anda membuka dompet, akan muncul banyak anak-anak yang juga ingin sumbangan. Tujuannya agar Anda merasa harus memberi. Jadi sebelum terlambat, abaikan saja tawaran anak-anak dengan map dan kertas yang minta dukungan petisi. Itu tipu!

Pencopet dan Pencuri
Kasus yang kami sebutkan di atas, sejatinya mudah ditangkis dan dihindari. Karena mereka tampak dan kelihatan, Namun yang parah adalah kelompok yang Serbalanda paparkan di bawah ini pencopet dan pencuri.

Kemungkian Anda bisa kecopetan di Paris sejatinya cukup besar. Cukup banyak pencopet dan pencuri yang menggunakan berbagai cara untuk mengambil uang dan barang wisatawan dalam maupun luar negeri.

Wisatawan Indonesia
Mereka lebih senang menyasar wisatawan Asia karena kerap bawa uang kontan banyak. Selain itu wisatawan Asia lebih semangat dan lebih fokus ke bikin photo dan selfie daripada memperhatikan tas dan barang lainnya.

Sementara locals atau wisatawan Eropa, biasanya hanya mengantongi sekitar €20,- kontan saja di dompetnya. Sisanya adalah kartu ATM yang lebih sulit diuangkan oleh pencopet. Selain juga karena korban bule badannya besar dan tonjokkannya lebih keras dari orang Asia.

Selain itu wisatawan biasanya tidak faham dan kurang mengerti akan kemahiran dan kegesitan pencopet menyikat barang jarahan. Dan biasanya perhatian wisatawan Asia, kita-kita ini banyak terfokus kepada bangunan atau lingkungan sekeliling yang serba baru. Eka Tanjung dari Serbalanda punya pengalaman Menggagalkan Pencopetan dan Merebut Kembali Dompet dari Copet.

Pada intinya para pencopet sialan itu, bisa mengambil setiap tas yang bisa terjangkau oleh tangan si panjang tangan. Biasanya mereka sebelumnya mengamati dan mempelajari calon korban, sebelum beraksi.  Tidak jarang pula mereka menggunakan orang kedua untuk memindahkan konsentrasi atau menutupi aksinya. Dan mereka biasanya tidak pilih bulu korban. Turis, Lokal, Muda atau bahkan Lansia bisa jadi sasaran.

Sedia Payung Sebelum Hujan, Mencegah lebih baik dari Mengobati

  • Jangan masukan benda berharga di kantong belakang celana!
  • Jangan menyimpan benda berharga di tas punggung atau tas samping.
  • Pakai tas depan yang yakin kalau tangan masuk bisa kelihatan.
  • Jangan mudah terpindahkan konsentrasi.
  • Usahakan duduk di dalam Metro atau berdiri di tempat yang tidak mudah orang bisa leluasa menjarah barang kita.
  • Hati-hati cara memegang HP. Mereka bisa merebut dari tangan dan kabur.
  • Jangan letakkan HP di meja cafe atau restoran. Pencuri sengaja menyisir ke tempat-tempat makan.
  • Jangan tinggalkan barang berharga di kendaraan dan menggoda untuk diambil.

Selain itu beberapa saran dan pengalaman dari kawan Indonesia:

Yugi menulis:

“Waktu aq sih keliling Europa Alhamdullilah aman dan nyaman. Memang harus banyak cari information tentang kota atau negara yang akan didatangi semoga jangan ada yang kena hal buruk itu lagi ya.”

Putri menulis:

“Saya dua minggu di Paris, setiap hari dikuntit orang. Beberapa malahan berani royokan, narik saya sampe raba tas 😂😂😂 ajaibnya, satu koin pun ngga hilang. Paris est memorable! “

Reeya memaparkan:


“Setelah tiap tahun ke Paris – kota favorit, bisa dilihat semakin banyak immigrant. 😬 Gak bisa jalan relax tanpa gangguan dari anak2 minta2 sumbangan. Tahun lalu waktu diSacré-Cœur dipaksa beli gelang sama orang item sampai tangan ditarik2 – antara takut dan marah!! Mau teriak malu juga. Untung banyak orang yang lihat, jadi mungkin si orang item takut juga – habis kejadian, polisi datang, para immigrant kabur. Sekarang Eiffel Tower sudah mulai dipagar?? Sayang banget. Di Amsterdam ajah sehari2 tetap waspada tingkat tinggi. Ke kota2 di Germany ajah sekarang jadi waspada juga, padahal dulu gak begini. Yaa beginilah EU skrg ini – kebablasan terima immigrants.”

Imelda di FB:

“Sebagai pembelajaran jangan bawa banyak uang cash. Apalagi di daerah keramaian. Tahun lalu family ke Paris juga kecurian, Untung uang euro yg dibawa gak banyak karena emang sudah kami info sebelumnya. Lapor ke kepolisian di Paris juga mrk lama bergerak :((“

Ira di FB:

“Tapi turis Asia ( termasuk Indonesia) juga terlalu menyolok di mata sich. Btw, kenapa bawa uang begitu banyak (€ 20.000 red.). Kenapa tidak pakai credit card atau kartu debit. Bukankah jauh lebih aman?”

Ade Sartika menulis di FB:

“Ya tahun lalu bawa anak ku ke paris turis Indonesia nangis2 kecopetan trus waktu ke Pisa Italy, anak ku nyaris kecopetan sudah dipepet orang hitam 4 orang. Aku yang jalan di belakang anak ku, bilang:”bang awas copet di belakang abang.” Trus anak ku langsung melipir ke pinggir. huh ngeri banget.”

Links menarik: