Air Keran Belanda, Siap Diminum

Posted on Updated on

Air Keran

Belanda merupakan salah satu negara yang memiliki air PDAM paling bersih. Air yang keluar dari keran bisa dipakai nyentor WC atau bisa langsung diminum. Airnya sudah disaring dan melalui proses pembersihan, sehingga air aqua botolan di Belanda kurang laku.

Jika kawan berlibur atau berada di Belanda, jangan ragu minum air langsung dari keran. Mungkin kawan dari Indonesia, tidak langsung bisa minum air dari keran di Amsterdam atau Utrecht.

Walaupun air Belanda itu sejatinya sudah sangat bersih dan bebas kuman. Ketakutan itu barangkali karena di negeri kita Indonesia, belum memungkinkan minum air pipa leding Perusahaan Air Minum Daerah.

Air keran di Belanda sudah sangat jernih dan nyaris tidak memiliki aroma. Eka Tanjung dari Serbalanda, sejatinya tanpa ragu bisa minum air yang keluar dari keran di students house di IBB kota Utrecht era tahun 1980an. Itu ketika baru datang di Belanda. Sebab sejak masih kanak-kanak di kampung sudah berani menegak air sendang yang belum dimasak.

Bermula sejak kecil jadi Penggembala Kerbau di Pendem, dekat The Sex Mountain, Gunung Kemukus.

Air Sendang
Di kawasan Kabupaten Sragen yang terkenal di seantero dunia sebagai tempat ziarah pedagang dan saudagar Nusantara itu, Eka Tanjung menggembala Kerbau dan menyewakan Tikar dan Payung untuk para pengunjung atau bahasa kerennya pelgrimage yang mencari sukses bisnis. Payung untuk melindungi diri dari hujan dan panas ketika para pengunjung bercengkerama di atas tikar jerami. Belakangan bisnis makin meningkat ketika ada bonus satu bungkus Tisu Basah, bagi penyewa kombinasi Payung dan Tikar sekaligus. Entah mengapa jadi laris.

Sumberlawang
Saat menantikan tikar dan payung sedang digunakan untuk ‘ritual’, kami para rentalis biasa menunggu dan berteduh di Sendang (sumber air) di bawah pohon beringin yang rindang dan pepohonan yang hijau. Sendang ini merupakan tempat mandi dan juga tempat minum para anak-anak setempat. Penggembala Kerbau, Sapi, Penjaja Rokok, Obat Panu, dan juga para rentalis Tikar dan Payung.

Kami belasan remaja yang berdomisili di sekitar Sex Mountain, menganggap sendang sumber air itu sebagai tempat keramat. Kami biasa minum air yang jernih langsung dari batok kelapa yang digunakan sebagai siwur. Di siang hari yang terik, kami biasa menyempatkan turun ke sendang minum dua atau tiga teguk dan membasahi rambut kepala dengan air jernih yang menyejukkan itu.

Perut Kembung
Badan serasa segar kembali. Kami dianjurkan untuk tidak telalu banyak minum air, karena perutnya bisa menjadi kembung dan kasihan kerbau ketika dinaikki jadi harus memikul beban yang berat. Penggembala kerbau cocok kalau badannya tidak terlalu subur. Selain karena kasihan kerbaunya juga kasian kalau mengejar kerbau yang mad  lari-lari karena shock oleh kereta api yang melaju dengan suara keras di rel jurusan Solo-Juwangi.

Selain minum air, kami biasanya mendapati beberapa makanan dalam besek atau kotak anyaman dari bambu atau daun kelapa. Dari warna daun yang sudah layu dan bentuk keriting di pinggiran daunnya biasanya sesajen sudah diletakkan semalam atau sehari sebelumnya.

Uang di Sela Ikan Asin
Kerupuk yang menutup besek itu sudah mulai melempem, dan kue apemnya sudah mulai mengeras dan kehilangan warna merah merona. Kalau kami mujur biasanya ada beberapa kepingang uang rupiah di sela-sela gereh peyek atau istilah Jakartanya, Ikan Asin.

obong

Direbut Kambing
Kotak itu berisi Kue Apem, Lemper, Ayam, Telur Rebus, Rokok dan Kemenyan yang dipersembahkan warga setempat, sebagai sesajen kepada mahluk halus penunggu sendang itu. Kami kaum remaja senang mendapati banyak makanan yang disajikan warga semalam sebelumnya. Kami harus cepat datang,  karena biasanya harus berebut dengan kambing-kambing gembel punya Pak Carik yang digembala oleh si Karlan yang datang ke tempat itu. Karlan bagi kami adalah gangguan, karena kambingnya 11 ekor dan bodynya besar-besar. Telinganya panjang seperti Kulit Pisang Raja yang ngaplek.

Celana Kedodoran
Hewan yang biasanya jadi hidangan Lebaran Haji itu bukan saja datang untuk minum air saja tapi juga nyikat sesajen beserta seisinya. Jadi kami harus cepat dan tangkas, lari dengan speed Terens Puhiri, sambil satu tangan memegangi buku catatan daftar penyewa tikar dan satu tangan memegangi celana Pramuka. Kami sering dapat warisan pakaian lungsuran dari sepupu kami dari Mageleng. Mas Sigit dan Jarot, mereka usianya tiga tahunan lebih tua dari penulis. Jadi celana yang nurun, ukurannya longgar dua sized di atas yang ngepas badan. Tapi penulis, sering lupa bawa sabuk atau tali rapia untuk mengencangkan celana ke pinggang agar tidak melorot jika dipakai lari. Dengan dua tangan terbelenggu, toh kami biasanya bisa mengalahkan kecepatan kambing-kambing pak Carik.

Nonton Film Horor
Pernah dalam beberapa kesempatan, kami datang terlambat ke sendang itu karena semalaman begadang nonton Film Tancap di Lapangan Pendem depan Kantor Kelurahan. Film horor yang disajikan oleh sponsor Djamu Djago itu biasanya menarik ratusan pengunjung pria maupun wanita. Filmnya biasanya sangat menegangkan sehingga saya sampai ketiduran di lapangan dengan badan berbalut sarung kumuh di bawah bintang-bintang.

Tahi Kambing
Belum lagi saat movie break, muncul dua atau tiga cebol-cebol di atas mobil Djamu Djago berwarna kuning. Cebol-cebol yang membagikan door prize  biasanya disewa untuk menghibur masyarakat yang datang ke film layar tancap.

Cebol-cebol itu laris menjual Obat Kuat Cap Djago. Banyak bapak-bapak bersarung lusuh yang mengantri membeli obat bubuk. Mungkin untuk bisa meningkatkan keperkasaan ketika di ladang dan juga di rumah atau di Ritual Gunung Kemukus. Saya kurang faham karena masih terlalu kecil.

Karena begadang, saya datang ke sendang sudah siang. Terbangun sengatan sang surya pagi, dan mendapati lapangan sudah kosong. Yang terdengar teriakan anak-anak TK yang diantar ibunya pergi ke sekolah. Lari ke Sendang untuk cuci muka mendapati sesajen sudah habis disikat kambing-kambing di Karlan dan rokoknya dihisap oleh si Karlan, yang biasanya sambil duduk di salah satu batu gunung dekat sendang.

“Bajinguk..”begitu umpatan saya dan kawan yang mendapati sendang sudah tidak ada sajen dan yang tersisa hanya Srintil Wedus, kotoran kambing yang bulat-bulat seperti biji mlinjo yang gosong.

Rezeki memang adanya di pagi buta, kalau sudah siang, srintil wedus yang bersisa.

Kerbau dan Kambing
Kebiasaan menggembala Kerbau di sekitar Sex Mountain, rebutan dengan kambing dan minum Air Sendang, menjadikan penulis tidak takut meneguk air yang mengalir dari keran di Belanda.

Ketika Mevrouw Marsman pemilik Hotel Domstad di Utrecht menceritakan bahwa air di tempat penginapannya bisa langsung diminum, saya tidak ragu lagi untuk meneguknya.

hoteldomstad-entree

Berdasarkan penelitian di Eropa, seperti yang bisa disaksikan di video bawah ini, air di Belanda sangat jernih karena melewati proses yang luar biasa panjang dan ketat. Sehingga kebersihan dan kemurniannya terjamin.

Restoran Jual Air
Warga Belanda sudah terbiasa minum air, langsung dari keran. Namun tidak semua restoran mau memberikan air keran kepada pengunjungnya, walaupun sudah diminta. Pihak restoran kadang memberikan air jenis aqua dari botol kepada tamu dan mengenakan harga seperti air mineral atau minuman segar. Itu murni karena kepentingan bisnis. Kalau kasih air keran, berarti gratis. Tapi kalau air mineral harganya bisa € 2,00 per gelas.

Selain itu, banyak pula warga Belanda yang malu untuk memesan air keran di restoran. Padalah air keran tersedia cuma-cuma, tanpa harus membayar. Air keran Belanda, termasuk yang terbaik sedunia. Penulis mendukung pemasangan sebanyak mungkin penyediaan air keran di tempat-tempat umum Belanda.

Jika kawan juga mendukung gagasan ini, silakan mengisi petisi di : overalkraanwatergraag.nl

2015-05-17 23.01.21
2015-05-17 22.59.09
2015-05-17 22.59.31

TIP: Jika kawan masih ragu soal kualitas air di setiap negara di seluruh dunia, silakan mendownload App untuk iPhone atau Android: Vitens Water Advisor app